Dari perempuan, untuk
Indonesia, dan Menginspirasi Dunia
Oleh
Gia Juniar Nur Wahidah
"Ajarilah mereka memintal dan
menjahit
Biarkan mereka membaca dan menulis
aksara
Doanya seorang dara dengan
Al-Fatihah dan Al-Ikhlas
Sama dengan
membaca Yunus dan Bara'ah"
Itulah sepenggal pesan
Abul A'la Al Ma'arry terhadap perempuan. Jika kita perhatikan maka pesan tersebut
terbagi menjadi tiga pesan besar. Pertama, ‘ajarilah
mereka memintal dan menjahit’, kemudian ‘biarkan mereka membaca dan menulis aksara’, dan yang terakhir ‘doanya seorang dara dengan Al-Fatihah dan
Al-Ikhlas sama dengan membaca Yunus dan Bara'ah’.
Lalu apa makna dari ketiga pesan tersebut?
Jika saya coba tafsirkan, ketiga pesan tersebut maka
ketiganya merupakan aspek yang dibutuhkan perempuan sejak dahulu, hari ini dan
kemudian hari. Ketiga aspek ini akan membawa perempuan dalam kemuliaannya
seperti yang Islam ajarkan. Maka benarlah apa yang Rasulullah sampaikan, " Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah "(HR.
Muslim dan An Anasa'i)
Pesan pertama, ‘ajarilah mereka memintal dan menjahit’ bermakna perempuan harus
memiliki kapabilitas. Memintal dan
menjahit merupakan dua keterampilan spesialis perempuan sehingga dengannya ia
dapat memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Jika kita tafsirkan kepada
kondisi hari ini, titik tekannya bukan pada perempuan harus bisa memintal dan
menjahit, namun perempuan harus mempunyai kapabilitas sehingga dapat bermanfaat
bagi banyak orang. Terlebih di era globalisasi yang penuh kompetisi ini, maka
perempuan harus mampu bersaing, sekali lagi, tentu saja dengan kapabilitasnya.
Jika kita lihat parlemen di Indonesia misalnya,
tidak sampai 20% keterwakilan perempuan Indonesia di sana. Padahal undang-udang
telah ‘menyisihkan’ kursi untuk perempuan sebanyak 30%. Ini menggambarkan,
masih sedikitnya ketertarikan perempuan di dunia politik. Padahal politik
merupakan sektor strategis karena berkaitan dengan pengambilan kebijakan di
negara ini.
Selain politik, isu gender dan ICT (Information and Communication Technology)
merupakan satu dari isu penting dan besar yang dihadapi perempuan secara global
setelah kemiskinan dan kekerasan terhadap perempuan, bahkan dalam Deklarasi
Beijing 1995 dan program aksinya pun telah mencantumkan isu gender dan ICT
tersebut, yang melahirkan suatu keinginan batu untuk memberdayakan perempuan
melalui peningkatan keterampilan, pengetahuan serta akses terhadap penggunaan
teknologi informasi. Konferensi di Budapest bulan Juni Tahun 1999 menyebutkan
perempuan sebagai insan dari planet bumi juga harus memainkan perannya dalam
petualangan ilmu pengetahuan (Indrayani : 2005).
Bidang teknologi, khususnya Teknologi Komunikasi dan
Informasi (Information and Communication
Technology –ICT), masih sangat dekat dengan identitas laki-laki sedangkan
perempuan seringkali hanya sebagai obyek, maka dipandang perlu untuk membuat
perempuan melek Teknologi dan Informasi demi meningkatkan potensi bangsa.
Kuantitas jumlah perempuan hampir separuh dari penduduk Indonesia yang
merupakan potensi jika diberdayakan dengan baik. Misalnya mendekatkan ICT
dengan perempuan agar potensi yang besar itu tidak hanya sebagai obyek. Arus
informasi yang sangat pesat dari berbagai sumber, membutuhkan peningkatan
kemampuan dan pemberdayaan perempuan untuk menyeleksi informasi tersebut agar
tidak ketinggalan dan tidak menjadi obyek (Indrayani : 2005).
Pesan ke dua,
‘biarkan mereka membaca dan menulis
aksara’. Ini memiliki artian,
aspek intelektualitas menjadi aspek
penting yang harus dimiliki oleh perempuan. Perempuan tak boleh kalah intelek
dengan laki-laki, karena Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu dan
kewajiban itu tak turun hanya untuk kaum laki-laki saja, tapi juga perempuan.
“Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadalah : 11)
Kita ingat ketika Rasul menjadikan masjid tak sebatas sebagai tempat untuk beribadah, namun
juga pusat peradaban. Jika masjid hanya difungsikan sebagai tempat ibadah maka
tak perlu ada shaff perempuan di masjid, karena shalat yang paling utama bagi perempuan
adalah di rumah. Saat itu masjid
difungsikan sebagai majelis ilmu di mana baik kaum laki-laki maupun perempuan
memiliki hak yang sama untuk datang di majelis Rasul. Bahkan kaum perempuan tak
malu untuk menanyakan hal-hal spesifik kewanitaan kepada Rasul.
Dapat dilihat bahwa jika perempuan telah serius mengasah
intelektualitasnya maka perannya di dunia profesional pun tak boleh dianggap
remeh. Satu sosok perempuan yang layak diteladani adalah Rahmah El Yunusiyyah,
seorang perempuan yang memiliki peran besar bagi pendidikan Indonesia. Betapa
tidak, ialah sang pendiri sekolah pendidikan agama khusus perempuan pertama di
Indonesia, Al Madrasatul Diniyyah/
Meisjes Diniyyah School pada tahun 1923 di Sumatra barat. Bahkan ia
mendirikan sekolah dinniyah putri tersebut di usia 23 tahun. Pada tahun 1957 ia
mendapat gelar kehormatan ‘Syaikhah’
dari Universitas Al Azhar, Mesir. Suatu gelar kehormatan yang belum pernah
diberikan pada perempuan manapun sebelumnya. Tokoh perempuan lain yang juga
memberikan kontribusi besar bagi negaranya dan menginspirasi dunia adalah
Zainab Al Ghazali seorang aktivis perempuan Mesir yang melalui tulisan-tulisannya
secara konsisten menegur tirani Gamal Abdul Naseer, Hellen Keller
seorang tunanetra dan tunarungu yang menjadi orang pertama dalam kondisi keterbatasan seperti itu
berhasil masuk ke Universitas Radcliffe sebuah universitas inklusi dan berhasil
lulus sebagai sarjana tunarungu pertama di dunia, Benazir Butto seorang
perempuan yang pernah menduduki kuris perdana menteri Pakistan, juga Dr. Tahani
Amer yaitu seorang perempuan berjilbab pertama di NASA.
Pesan ke tiga,
‘doanya seorang dara dengan Al-Fatihah
dan Al-Ikhlas sama dengan membaca Yunus dan Bara'ah’. Dara seperti apa yang
do’anya dengan surat pendek dapat menyaingi bacaanya akan surat Yunus dan
Bara’ah (At-Taubah)? Tentu saja tak sembarang perempuan. Hanya ia yang memiliki
kebersihan hati, juga ketebalan iman saja yang mampu memanjaatkan do’a ijabah.
Maka dalam hal ini aspek terakhir yang penting diperhatikan oleh perempuan
adalah aspek moral.
“Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (At-Taubah:71)
Dari ayat di atas jelas bahwa yang berkewajiban untuk
melakukan kebaikan dan mencegah kemunkaran tak hanya laki-laki tapi juga
perempuan. Ini mengandung arti laki-laki dan perempuan sama-sama harus
menjunjung tinggi moral dan mengaplikaskannya dalam kehidupan. Perempuan adalah
tiang utama pembentukan moral karena perempuan yang paling besar porsi tanggung
jawabnya dalam mendidik anak, sementara itu pendidikan anak merupakan
tiang-tiang penopang kualitas suatu bangsa.
Wanita adalah tiang negara. Apabila wanitanya baik,
hebatlah suatu negara. Dan, jika rusak wanitanya, hancur pula negara tersebut.
Dengan
berbekal kapabilitas, intelektualitas, dan moral, maka perempuan dapat turut
berkontribusi di masyarakat dan membentuk good society melalui kemanfaatan dan keteladanannya.
Perempuan dapat berkontribusi di dunia profesional dengan kemampuan dan daya saing
yang dimilikinya. Lebih jauh perempuan dapat memberikan kontribusi besar bagi
bangsa dalam berbagai sektor, baik di sektor keprofesian, politik, dan
kepemimpinan.
Maka
masih adakah yang mempertanyakan peran perempuan untuk Indonesia?
Tak hanya untuk Indonesia,
bahkan perempuan dapat menginspirasi dunia.
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (At-Taubah : 105)
No comments:
Post a Comment